This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 11 Januari 2013

Tempat Bersejarah Sulawesi Tenggara


  • Batu Popaua (Batu Pelantikan)
Difungsikan pada abad ke-14, bersamaan dengan tampilnya kerajaan buton. Dipakai pertama untuk pelantikan Raja Buton I (Wakaakaa), kemudian untuk pelantikan Raja atau Sultan. Tahun 1929 atas inisiatif Raja Muhammad Hamidi, dibuatkan atap sebagai pelindung dari hujan dan sinar matahari. Pada tahun 2002 di pagari dengan batu setinggi 175 cm.



  • Baluarana waberongalu 

Merupakan salah satu benteng atau pintu gerbang pertahanan yang terletak pada sudut utara benteng keraton. posisinya bersebelahan dengan Baluarana Tanailandu. pada bagian dalam benteng terdapat sebuah meriam besar yang digunakan sebagai alat persenjataan (penyimpanan bom).
Baluarana waberongalu ini berfungsi untuk menjaga dan memantau musuh dari arah utara. musuh-musuh tersebut biasanya datang dari negeri luar seperti Belanda atau jepang,mereka datang untuk maksud dan tujuan yang negatif bagi tanah Buton.
Proses pemberian nama dari masing-masing Baluarana tersebut di dasari pada ruang-ruang penjaganya.
  • Baruga
Menurut sejarah Buton dahulu, yang dimulai dari kerajaan tepatnya pada tahun 1542 M dan pada tahun 1712 M Buton beralih menjadi sebuah kesultanan. dari itu pada massa pemerintahan Sultan Syakiyuddin Darul Alam atau biasa di kenal dengan Laelangi. Di masa pemerintahan beliau banyak yang dibangun Benteng keraton Buton dan salah satunya adalah Baruga. Baruga pada masa pemerintahan Laelangi berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para sultan untuk melakukan upacara ataupun membahas masalah-masalah ekonomi, politik dan lain-lain yang di hadapi oleh masyarakat Buton. Di samping itu baruga juga digunakan untuk pelantikan sultan-sultan.

  • Makam Sultan Nasruddin (La Ibi/Oputa Mosabuna Yilawalangke)
Memerintah pada tahun 1709 s/d 1711 M. Sultan Nasruddin adalah gelar sultan La Ibi. diriwayatkan,sebenarnya beliau merasa berat untuk menerimah jabatan Sultan. La Ibi terpaksa menerima itu karena demi kehormatan kaumnya yaitu aliran bangsawan Tanailandu. La Ibi menerima jabatan tersebut pada salah seorang diantaranya yang merasa mampu untuk menjalankan jabatan sultan.




  • Kasulana Tombi (Tiang bendera) 

Didirikan pada abad ke-17, untuk mengibarkan Tombi kerajaan Buton. Bahan dasarnya terbuat dari kayu jati dengan tinggi 21 M dari permukaan tanah yang berdiameter antara 25 cm hingga 70 cm.
Tiang bendera ini didirikan tepatnya pada tahun 1712 M, didirikan oleh Sultan Nur Alam dan sudah berumur kurang lebih 300 tahun dan fungsi utama Tiang bendera ini adalah sebuah syarat utama sebuah kerajaan.





  • Liana Latoundu (Gua Arupalaka)
Gua ini merupakan ceruk kecil bentukan Alam setinggi 1,5 M di jadikan tempat persembunyian Latoundu (Arupalaka) Raja Bone yang berpengaruh di tanah Bugis yang melarikan diri ke Buton pada tahun 1660 dan menetap tidak lama dan kembali lagi ke Sulawesi selatan untuk memimpin perlawanan menghadapi Gowa.



  • Sejarah Mujina Kalau 
Pada masa pemerintahan Sultan ke-29, Mujina menjadi salah satu penyebar Islam yang diperintahkan oleh sultan dan beliau juga pernah mengikuti perang melawan Tobelo.
Mujina adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri fisik putih berikat sanggul di kepala dan silsilahnya berhubungan dengan sultan ke-29. Beliau juga suka memakai jubah berwarna biru dengan kain selempang, memakai pedang dan berkuda.Turunannya dari sultan 17-29, warna kesukaanya warna kuning emas campur merah dan itulah yang merupakan simbol dari tempat duduknya berbentuk tiga lekungan. Hanya saja di saat Istana/Keraton mengalami perpindahan dari keraton lama ke keraton baru yaitu dimasa kekuasaan Sultan Murhum, semua hilang begitu saja bersama dengan keraton lama yang artinya " Gaib " dan itu merupakan kekuasaan dari ALLAH SWT.
Makam Mujina kalau ini bertempat di kelurahan Melai dan berada di dalam area perumahan masyarakat Melai. dimana didalam area tersebut terdapat banyak makam dan salah satunya adalah makam Mujina Kalau, yang dibatasi dengan pagar beton dengan lambang berciri khas Rumah Baruga tepat diatas pintu masuk area pemakaman beliau.

  • Makam Sultan Murhum Khalifatul Hamis
Sultan Murhum diangkat menjadi sultan Buton pada abad ke-6 dengan perubahan struktur pemerintahan dalam masa Raja Mulae maka wilayah kerajaan Buton lebih luas lagi. Beliau dalam silsilah, Biasa disebut Lakila ada pula yang menyebut Lakilaponto. Lakilaponto di abaikan namanya menjadi Murhum.
Sultan Murhum menerima Syekh Abdul Wahid bersama istrinya di keraton untuk jangan bertemu orang banyak, dimana Syekh Abdul Wahid menganjurkan pada Sultan dan pejabat kerajaan serta seluruh masyarakat agar masuk agama Islam serta mengaku bahwa Muhammad SAW adalah pesuruh ALLAH. akhirnya Sultan dan isterinya disusul oleh para pejabat kerajaan serta masuk agama Islam.
Beliau menjabat sebagai Sultan sejak tahun 1538 M, selama 46 tahun sampai beliau wafat pada tahun 1584. Jirat makam di perbaiki pada tahun 1989, dibuatkan sarana jalan yang menuju situs.


  • Batu Wolio (Petirtaan) 

Batu Wolio merupakan Tugu batu setinggi 1 m, berfungsi sebagai tempat pengambilan air suci (Tirta) untuk dimandikan kepada Calon Raja/Sultan sebelum beliau dilantik. Batu wolio di perkirakan berasal dari abad 14 dan air batu tersebut berasal dari mata air Tobe-Tobe.
Batu Wolio ini terletak di tengah kawasan benteng keraton, kelurahan melai. tepatnya di sebelah timur masjid agung keraton Buton.




  • Lambang Kerajaan Buton
Mesjid Agung Keraton Buton bisa juga di sebut sebagai lambang kerajaan Buton, karena kokoh bangunanya.

Letak Geografis
Mesjid Agung Keraton Buton terletak dalam benteng keraton Buton, datas bukit yang bernama bukit sin. karena bentuknya seperti sin.
Ujung I : letak kuburan seerti baaluwu di sebut waolima/walimea yang artinya "tebaslah" , tindakan pertama penebasan untuk perkampungan.
Ujung II : Torisi adalah tempat mengadakan pertemuan.
Ujung III : Gama/Gema yang bertujuan bergema sepanjang masa.

Bentuk atau Arsitektur bangunan
Bentuk
Panjang saf 13, dan 40 orang persafnya.
Didirikan sejak tahun 948 H (1538) oleh Syekh Abdul Wahid.

Arsitektur Bangunan
Mesjid Agung Keraton didirikan pada masa kesultanan Buton adalah "Mesjid Agung Keraton" yang di dirikan pada tahun 948 H (1538 M) yang menjadi pelopor pembangunannya adalah Syekh Abdul Wahid, di bantu para pejabat tinggi kerajaan seperti sultan Murhum, Sangia, La Ulo. wakti otu Sapati menjawarai, sudah meninggalkan Buton.

Luas Mesjid
luas Mesjid 18x24 m persegi, panjang berbentu Mihrab
luas serambi muka 5x40 m persegi
luas serambi kanan 8x40 m persegi
luas serambi bagian barat 20x40 m persegi
luas serambi bagian serambi kiri selatan 14x40 m persegi


  • Bendera Kerajaan Buton (longa-longa)
Asal mulanya bendera kerajaan Buton oleh masyarakat setempat menyebut Longa-Longa. Di kibarkan sejak Raja Buton I (Raja Wakaakaa). Panjang Longa-Longa kurang lebih 5 m dan lebarnya kurang lebih 1 m. konon ceritanya Longa-Longa di kibarkan pada saat jatuhnya atau turunnya tahta Sultan dan upacara-upacara adat yangkan di selenggarakan. Sampai saat ini belum ada pendunduk setempat yang mengetahui siapa pembuat Longa-Longa tersebut, karena banyak versi yang meceritakan tentang Longa-Longa ini.

Cerita Rakyat Buton



Piamoyitu yi sangu kampo yi biwina tawo yi Wolio.Mboremo samia yayaro temanga ana-ananamo mayidi-yidina.Apelo to dhadhiakana saeo-saeo,kadhangiamo topasuru oinana akarajaa samia-miana,karajana kumpulu kau,kasimpo asoa atawa pobolosiaka te giu mosaganana to faraluna saeo-saeo.Momini mboyitu,sadhia to kinanadena saeo-saeo amarasaimpuu sstopokawa apesua padhangia ikane to ikandeaka.Kadhangia yincia siy podhompuu tangiakana anana kaepuna atangi saeo-saeo wakutuna akande ronamo yinda te ikane.
Piamo yitu,okaepuna tomasiaka mpuu oinana te manga oakana atangi,yinda teunto roonamo pelu ea kande ikane.Sadhia mpuu akana ruamiana,te inana sadhia bujua sabhara giu.Sabhara giu usahana inda membali apaunto tangina,mala soahanda atangi.Roonamao andina sadhia atangi torosu,te inana amendeumpuu arango tangina anana,kasimpo inana apeloakamea i emanina anana,asapo apeloakea karona oikane itawo.
Sakawana yi bhiwina tawo oinana lausaka apongano itawo,bhea ose oikane modhangiana yi pasi,sampe apoolia.Sapokawakana piamba ikane,oinana ambulimo ibhanua pekangkilomea ikanena kahimpo anasu,samasasana akandemo po bhawa-bhawa.Karajana apelo ikane samia-miana,amembalimo karajaana oinana saeo-saeo to anana imasiakana.
Saangu waktu,oinana yieantagi umbana ea pambuli ikane ipoolina indamo ambuli.Padha incia yitu kaepuna kemba mea manga akana asapoaka itawo antanta oinana.
Inda mangenge aumbamo inana pokawa teemanga anana kaasimpo adawua piamba ikanekasimpomo kaepuna aemani apasusua.Momini oinana kalondo-londo itawo bha pene i yati.Sapolandana i yati,talu-talu miaya anana,atokidha akamata inana abhalimo.
Obhalina tomataumpuu minaka yi aena sakawana itoputuna,akoonamo te-apobhangumo ikane.Sakamatana oinana antagimo manga anana talumia.Momoni mbomai sadhia inana eapaunto manga anana kasimpomo apasusu anana kaepu,kaasimpo apaumbaea ambuli uka abhawakea ikane to manga anana sapadhana apasusu oanana ka asapo itawo
Saeo,ruaeona,oinana malagamo ambuli akamata manga anana ibhiwina tawo.Momini inana,oanana kaepu sadjia abhaka oinana,teamani asusu.Maka oakana akaka sadhia apaunde incana andina,kasimpomo oakana moporitangana alagu maasi ibhiwina tawo :
Wa inaa Wandiyu-ndiyu
Mayi paasusu andiku
Andiku Lambatambata
Akaku Laturungkoleo
Sapadhana anana alagu-lagu tee harapu mpuu, inda mangenge inana atimbamo minaaka itawo, maka amembalimo satumpo manusia,satumpo ikane. Sakawana ibhawona tawo, oinana inda malingu adhawu mea ikane manga anana momangengemo antantagia.
Saeyo, ruaeo, ande apelu apokawa teinana alaguakapo lagu Wandiyu-ndiyu. Maka samangengena sadhia aumbamo apokawa temanga anana ibhiwina tawo,oanana motutubina karona.Sahandana kabharina akawamo talingana te-indamo amembali apene iyati, roonamo amembalimo sambaa ikane diyu.
TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA
Dahulu kala, di suatu kamping dekat pantai buton,tinggalah seorang janda miskin bersama tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil.Untuk mencari nafkah sehari-hari, dengan terpaksa si ibu harus bekerja seorang diri. Pekerjaan yang dilakukan yakni mengumpulkan kayu bakar, kemudian dijual atau ditukar dengan benda-benda lain untuk keperluan hidup sehari-hari.namun demikian, acapkali kebutuhan pokok untuk makan sehari-hari amat sulit terpenuhi termasuk menyediakan ikan untuk laut. Keadaan yang demikian menyebabkan si bungsu sehari-hari menangis tatkala anak makam karena tanpa ikan.
Suatu hari, si bungsu yang amat dikasihi oleh ibu dan kakaknya ini menagis tanpa henti dan merengek minta dihidangkan ikan. Berkali-kali kedua kakaknya, terlebih si ibu, membujuknya dengan berbagai cara. Upaya yang ditempuh tidak mampu meredakan tangisnya , bahkan justru sebaliknya
, karena si bungsu tetap menangis dan si itu tak tega untuk membiarkan anaknya menangis , lalu si ibu berupaya mewujudkan permintaan anaknya dengan jalan mencari sendiri ikan dilaut.
Saat tiba di tepi pantai, si ibulalu menceburkan diri ke laut, berenang, menyelam dan menyelam lagi untuk mengejkar ikan – ikan di dasar laut hingga berhasil ditangkap. Setelah mendapatkan beberapa ekor ikan,si ibu kembali ke rumah untuk menemui anak-anaknya yang telah menunggunya. Setibanya di rumah ikan tangkapan dibersihkan lalu dimasak untuk selanjutnya disantap bersama. Kegiatanmencari ikan di laut seorang diri telah merupakan tugas sehari-hari si ibu demi si bungsu yang amat dikasihinya.
Suatu waktu, si ibu yang telah dinanti-nantikan kedatangannya untuk membawa pulang ikan-ikan tangkapann tak kunjung tib. Sementara itu si bungsu terus menerus menangis meminta lauk dari ikan dan ingin menyusu. Keesokan harinya si bungsu diajak oleh kedua kakaknya ke tepi pantai untuk menjemput ibu mereka.
Beberapa saat kemudian si ibu datang menghampiri anak-anaknya sambil memberikan beberapa ekor ikan. Kla itu si bungsu merengek minta di susui, sehingga si ibu yang sebagian tubuhnya masih terendam air harus naik ke darat, ketiga anaknya terperenjat menyaksikan tubuh ibu mereka yang telah berubah.
Perubahan itu tampak mulai dari kaki hingga lutut, yang telah bersisik dan telah membentuk ekor ikan. Melihat ibu mereka demikian, si ibu tetap menghibur ketiga anaknya dan menyusui si bungsu sambil menjanjikan akan kembali lagi membawakan ikan pada anak-anaknya. Usai menyusui si bungsu, lalu pamit pada anak-anaknya untuk kembali ke laut.hari – hari berikutnya, si ibu mulai jarang datang menghampiri anak-anaknya ditepi pantai. Karena si ibu tak muncul-muncul juga, sementara si bungsu tetap menanyakan ibu mereka, juga minta disusui, maka si anak tengah berusaha menghibur si bungsu dan si sulung sambil berdendang syahdu di tepi pantai :
Wa inaa wandiyu-diyu
Mayi paasusu andiku
Andiku Lambatatambata
Akaku Waturungkoleo
Artinya :
Wahai ibu wahai si duyung-duyung
Kemarilah susui adikku
Adikku Lambatatambata
Kakakku Waturungkoleo
Beberapa saat usai mendendangkan syair lagu dengan penuh perasaan dan harapan, lalu dengan penuh perasaan dan harapan, lalu muncullah si ibu dari dalam laut dengan wujud separuh manusia dan separuh ikan. Ketika muncul ke permukaan air, si ibu tidak lupa memberikan beberapa ekor ikan kepada anak-anaknya yang telah lama merindukannya.
Hari demi hari, bila ingin bertemu ibu mereka, dendangkan lagu Wandiyu-diyu lalu dilagukan. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, kian hari di setiap kemunculannya menemuianak-anaknya di tepi pantai, sisik-sisik yang menutupi tubuhnya semakin meluas hingga menutupi telinganya. Akibatnya sejak itu si ibu tak dapat mendengarkan dendang syahdu suara anak-anaknya dan tak mampu lagi mengijakkan kakinya ke darat kembali. Karena telah berubah menjadi seekor ikan duyung.

Cerita Rakyat


"Tanjung Marthafonz"


Ada satu Desa di jazirah Baguala namanya Desa Poka, biasa orang bilang akakng Desa Poka-Rumah Tiga. Dolo di Desa ini tinggal satu keluarga yang sangat sederhana tapi dong hidup bahagia.

Kepala keluarga nama Bapa Bram antua pung kerja sebagai petani dan biasa panggayo parau bawa orang dari Poka Rumah Tiga ke Galala pulang pergi, sedangkan antua pung bini nama mama Mina, mama Mina ini cantik, rajin deng ada karja par bantu-bantu Bapa Bram par tambah penghasilan keluarga yaitu dengan cara bakar sagu.

Bapa Bram deng mama Mina pung satu orang anak paranmpuang yang paling cantik, saat itu anak itu berusia 16 tahun. Anak itu pung nama Martha, kulit itam manis, rambut pata mayang panjang taure sampe di bitis kaki.

Suatu sore abis mama Mina bakar sagu, biasanya nona Martha bajalang jual par orang-orang disekitar Desa Poka, dia selalu pakai baju cele merah muda, konde boch yang cantik, sagu taruh di atas dulang. Martha keku di kepala lalu bajalang jual sagu. 

Nona Martha bajalang kaluar masu lorong-lorong sambil bataria.
............sagu, tante bali sagu. Sagu.....sagu bali sagu kaseng.

Nona Martha biasanya bajual lewat di muka barak/asrama tentara Portugis akang pung tampa seng jauh dari tampa ferry sekarang.

Satu kali bagini sore-sore nona Martha bajalang jual sagu di muka barak/asrama tentara Portugis lai sama biasa Martha bataria sagu.......sagu beli sagu.....ehh...Martha kaget, Martha takajo barang di muka Martha su badiri seorang laki-laki gagah nih.....tentara Portugis.
Tentara tu pung dalang hati, cantik sakali yaa...

Hari datang hari, bulang ganti bulang nona Martha tetap tekun tarus deng pekerjaan jual sagu.
Suatu hari bagini sama biasa Martha bajalang jual sagu bajalang lewat muka asrama tentara Portugis lai sambil mulai bataria sagu....sagu.....

ehh...Martha kaget lai skrek paskali karna tiba-tiba dengar suara dari dalang asrama bataria “sagu...sagu...sagu...sini !!!” 

Martha deng langkah paparipi iko suara tadi, tapi Martha paling taku barang mau masu dalang asrama nih...ehh laki-laki itu kasih dia pung tangang dalam hati beta, oh...dia mau cari kanal “saya Alfonzo nona nama siapa..?” ...saya Martha.. 

wah !!! kamu cantik sekali Martha... 
Martha pung jantong ta pukol, taku ni....
seng tahang lai Martha tanya, tuan panggil saya mau bali sagu kan...?, t
api...mengapa tuan seng beli?....beta mau pi jua....

”ya nona Martha sagunya saya beli semuanya ya...”

Nona Martha iya...iya. 
Persis tentara tu bayar sagu Martha bilang dangke banya tuan, lalu Martha minta permisi pulang. 

Tentara bilang :ya nona Martha besok datang lagi ya..”
Sambil jawab ia...ia...nona Martha setengah lari cepat-cepat bajalang kastinggal barak/asrama tentara itu.

Alfonzo adalah komandan tentara Portugis yang tugas di Ambon. Portugis menjajah Indonesia waktu itu dari taong 1569-1571.

Pas sampe di rumah mama Mina su badiri di muka pintu tunggu Martha deng sanang hati barang mama Mina lia dulang su kosong, sagu su laku ni... 

Kaget mama Mina lia Martha pucat paskali, mama Mina sapu-sapu Martha pung bahu, sambil tanya “ayo ana Martha se kanapa ni...........ana ......se mau bilang apa par mama apa yang su terjadi par se lai, bilang par mama jua”

Bagini ma... tadi waktu beta bajual sagu di muka asrama ka barak tentara Portugis tu ada tentara satu panggel, dia bilang dia mau balu sagu. Sampe kasana akang tentara tu seng langsung ambil sagu, mar dia kasih tangang par bakukanal deng beta 

“lalu ana.....lalu dia nama sapa....” 

ia pung nama Alfonzo ma.....mama dia paleng bae........dia bayar sagu samua la beta pulang.....” 

ohh, itukan Cuma baku kanal saja kata mama Mina.

Beberapa hari lai Martha bajual sama biasa lewat di muka asrama sambil bataria sagu...sagu...bali sagu kaseng.....

Eh Martha kaget dia seng sangka kalo yang badiri di muka Martha ....ni... Alfonzo persis Martha mau lari.....tapi alfonso su pegang dulang sagu.

Alfonzo bawa Martha masu dalang asrama di..... Alfonzo pung tampa tinggal. 
Martha bilang jang tuang.....beta taku  
“kamu jangan takut Martha, saya akan bayar semua sagu yang kamu jual”.

Alfonzo bilang “Martha saya ingin bersahabat dengan kamu, maukah kamu bersahabat dengan saya?...

Boleh tuang boleh sambil mengangguk kepalanya. 

Bulan berganti bulan datang taong. Martha su umur 17 tahun. 
Martha deng Alfonzo lebih hari lebih dekat su sama sepasang kekasih...........
dong dua su batunangang sambunyi-sambunyi mar Bapa Bram dengn mama Mina su dapa tau Martha deng Alfonzo pung hubungan.

Bapa Bram seng setuju. 
Tapi Alfonzo berani saja datang ke rumah Bapa Bram deng mama Mina minta Martha par mau kaweng. 
Bapa Bram bilang par Alfonzo  “sabar Martha masi muda tunggu sampa Martha umur 19 tahun jua”.

Alfonzo tetap sabar saja Martha bajual sagu sama biasa tapi begitu Martha bajual sampe di asrama alfonzo panggil langsung alfonzo kasih harga sagu lalu dong dua dudu bacarita sa. Martha takser su waktu par mau pulang, Martha pulang. S
uatu hari bagini kabar datang dari Batavia tepat tahun 1571, Portugis ditarik mundur.

Cita-cita tinggal cita-cita kini nasib berkata laeng tentara Portugis dari Ambon harus menuju Batavia. Kapal prang Portugis su balabu di pantai Poka tampa ferry sakarang ini.

Perpisahan harus terjadi Martha deng Alfonzo badiri baku polo Martha manangis kasiang-kasiang. 
Sambil polo Martha, Alfonzo bilang “sabar ya...tunggu saya Martha saya akan kembali mengambil Martha sebagai istri saya..........Tunggu saya kembali di Ambon ya Martha “ 
Martha cuma angguk-angguk kepala saja.

Pasukan tentara satu abis satu naik ke kapal. Alfonzo peluk Martha satu kali lai...l
alu Alfonzo naik ke kapal, dia naik paling belakang karna Alfonzo komandan palaton.

Sampe di atas kapal Alfonzo bataria “Martha tunggu saya ya” 
kapal stom 3 kali Martha ambil lengso putih Martha kipas sambil bataria ...Alfonzo....Alfonzo.....Alfonzo....
Martha seng tahang lai sambil manangis Martha buang badang lalu baranang Alfonzo lihat Martha su masu ka laut deng Alfonzo buang badang lai.

Kabar sampe ke Bapa Bram, Martha pung papa bahwa, Martha su buang badang ka laut karna Alfonzo.

Bapa Bram deng mama Mina tunggu di pante mangkali Martha timbol pada hal seng.

Bapa Bram panggel orang-orang par bantu panggayo deng Bapa Bram cari Martha. 
Tapi sia-sia belaka kedua kekasih itu ilang di dalam laut sampe tadi ni. 

Tampa dong dua tinggalang itu akang pung nama “ Tanjung Marthafonz ” gabungan dari nama dua kekasih Martha dan alfonzo.