Jumat, 11 Januari 2013

Makanan Khas Sulawesi Tenggara


  • Sate Tambulinas.

Biasanya kita menikmati sate yang disajikan dengan bumbu yang terpisah. Namun masyarakat Sulawesi Tenggara memadukan racikan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit serta jahe untuk meresap ke dalam potongan dadu daging sapi. Ditambah aroma jeruk nipis, Sate Tambulinas menjadi sajian sate yang berbeda dengan rasa pedas yang menyegarkan.

  • Kasoami.

Sebutan itu bagi sebagian besar masyarakat di Sulawesi Tenggara sudah tidak asing. Kasoami (soami) adalah makanan khas sulawesi tenggara yang terbuat dari ubi. Proses pembuatannya bagi sudah terbiasa tentu tidak sulit. Tapi bagi pemula tentu memerlukan kesabaran dalam proses pembuatannya.


Kasoami sangat enak bila dinikmati dengan ikan asin. Cara membuatnya yakni ubi yang sudah dibersihkan diparut. Setelah itu ubi diperas. Biasanya proses ini memerlukan peralatan khusus untuk memerasnya. Peralatan ini intinya berfungsi untuk bagaimana agar ubi yang diperas itu cepat kering.

Setelah dipastikan ubi sudah kering maka proses berikutnya adalah pekerjaan pengukusan. Media pengukusan biasanya terbuat dari daun kelapa yang sudah dianyam dan berbentuk topi (piramida)

Proses pengukusan biasanya berlangsung antara 20 sampai 30 menit. Pengkusan biasanya baru selesai setelah didapatkan tanda-tanda yang dilihat dari uap yang keluar. Atau sudah dipastikan ubi yang dikukus telah menyatu dan telah berubah warna. Perubahan warna biasanya dari putih ke warna agak kekuning-kuningan.

Proses berikutnya adalah menikmati kasoami (soami). Untuk menikmati dengan rasa sempurna, maka sebaiknya disediakan lauknya. Ikan kering, ikan bakar, sayurran dan bahkan bisa juga dimakan saat menikmati minuman teh.

Seandainya kita malas untuk membuat, maka khusus untuk di kota Kendari jajanan makanan ini bisa diperoleh pada pasar-pasar tradisional. Biasanya baru kita jumpai makanan ini di jual menjelang malam.

Saya sendiri sering membeli di lokasi penjualan ikan di jalan bypass Kendari. Penjualnya biasanya memasang pas dipintu masuk masar ikan. Makanan ini juga dipajang dengan bungkusan dari tas kresek dalam bentuk piramida dan tersusun diatas meja.

Selain di pasar ikan, makanan ini juga banyak dijual di pasar lawata Kendari. Untuk pendapatkan makanan ini pastikan sekitar jam 16.30 anda kepasar. Karena pada jam-jam itulah penjual kasoami baru menjajakan jualannya.

  • Kabuto

Kabuto adalah makanan khas Masyarakat Muna dan Buton Kepulauan di Sulawesi Tenggara yang tergolong unik. Dan bukannya saudara kembar naruto,hehehe.. Dikatakan unik lantaran bahan dasar menu makanan yang mirip bahasa jepang itu adalah ubi kayu atau singkong yang telah dikeringkan dan dibiarkan berjamur. Semakin lama disimpan dalam keadaan kering maka akan makin enak rasa dan aroma makanan ini kala disantap. Apalagi bila dicampur kelapa parut dan ditambah menu ikan asin goreng sebagai lauknya.. tambah mantap.

Cara menyiapkan makanan inipun tergolong sangat praktis dan simpel. Singkong yang telah kering tadi dipotong-potong dan beri air secukupnya lalu dimasak sampai benar-benar matang selama kira-kira satu jam.
Sambil menunggu sang Kabuto benar-benar masak, kita bisa menyiapkan kelapa parut sebagai campuran utamanya. Bisa juga dengan menyiapkan ikan asin goreng sebagai pendamping atau lauk untuk makanan khas masyarakat Muna-Buton ini.

Dilihat dari kandungan gizinya, Kabuto termasuk makanan yang kandungan gizinya kurang. Hal ini disebabkan karena singkong kering memang bernilai gizi rendah.
Menu khas ini masih kita jumpai di desa-desa nelayan pesisir pantai Sulawesi Tenggara. Bisa jadi masyarakat masih mempertahankan makanan ini karena harganya yang tergolong sangat murah dan membuatnyapun sangat mudah.

  • Lapa-Lapa
Makanan Khas Sulawesi Tenggara Indonesia

lapa-lapa adalah makanan khas sulawesi tenggara, lapa-lapa mempunyai rasa yang guri dan enak, apalagi dikonsumsi dengan ikan kaholeonarore (ikan asin) semakin menambah selerah makan.
kuliner ini jika di jawa mungkin lebih di kenal dengan lepet / lepat,tetapai cara memasak lapa-lapa berbeda dengan lepet/ lepat karena jika lapa-lapa berasnya dimasak bersama-sama santan, sampai setengah matang lalu diangkat. Kemudian didinginkan, dan selanjutnya dibungkus dengan bale (janur). Setelah itu direbus kembali sampai matang. Supaya rasanya lebih guri, lapa-lapanya dikukus agak lama.

0 komentar:

Posting Komentar